Sunday, September 6, 2009

Selamat menunaikan ibadah puasa 1430H


Waduh, ternyata terakhir kali menulis di blogspot ini bulan Januari 2009.

Sudah lama juga yah .... tapi tidak apa apa daripada saya tidak pernah menulis lagi .... yang bikin bingung sekarang adalah apa yang akan saya tulis :).

Ehmmmm..... sebaiknya saya mengucapkan dulu bagi semua rekan yang sedang menunaikan ibadah puasa di bulan Ramaadhan ini. Semoga lancar dalam mengendalikan nafsu dan menjauhi godaan syaitan yang terkutuk :) . 

Oya, ni ngutip dari web tetangga tentang puasa ...semoga bisa merefresh lagi pemahaman kita tentang puasa. 

Segala sesuatu yang berhubungan dengan niat, selalu ada dalam hati. Atau selalu dengan hati. Sama sekali tidak dengan lisan. Oleh sebab itu, melafadzkan atau mengucapkan niat tidaklah wajib hukumnya. Namun demikian, tidak pula suatu bid’ah yang dosa dan sesat, meskipun hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Pengucapan niat pada hakikatnya dimaksudkan untuk memesukakan isi lafadz niat tersebut ke dalam hati yang oleh sebab itu menurut suatu mazhab dipandang sunnah hukumnya, lantaran diyakini akan menjadi pendorong tercapainya suatu yang wajib. Hanya satu yang perlu diperhatikan yakni bahwa wajibnya sebuah niat, tidak akan pernah terpenuhi hanya dengan ucapan lisan, tanpa ada dalam hati.

Kapankah Sebaiknya Berniat Puasa?

Berdasarkan As Sunnah, memang ada perbedaan alokasi waktu untuk berniat antara puasa Ramadha dan puasa sunnah. Niat puasa Ramadhan harus dilaksanakan pada malam hari sampai menjelang fajar, sedangkan niat puasa sunnah tidak.
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَحْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

”Siapa saja yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya.”(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majjah, dari hafshah)

Hadits yang di atas menegaskan bahwa tidak sah puasa seseorang dengan niat pada saat fajar terbit, apalagi sesudahnya.

Adapun niat puasa sunnah sampai dilaksanakan sebelum tergelincir Matahari ke arah barat (masuk waktu dzuhur) dan sebelum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Hal ini didasarkan pada sebuah Haditz Riwayat Muslim dan Abu Dawud tentang apa yang dikisahkan oleh Aisyah ra bahwa Rosulullah SAW pada suatu hari bertanya kepadanya: ”Apakah ada makanan ?” Aisyah menjawab ”Tidak”. Lantas Rosulullah bersabda : ”Kalau begitu aku berpuasa”

Dasar Hukum Puasa Ramadhan

Khusus untuk puasa wajib yakni puasa di bulan Ramadhan, puasa ini diperintahkan langsung oleh Allah dalam Al’Quran yang kemudian juga ditegaskan kembali dalam hadist.

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan kepada kamu sekalian shaum (ramadhan) sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelummu, agar kamu sekalian bertaqwa/taat. Pada hari-hari yang telah ditentukan (pada bulan itu, 30 hari, atau 29 hari).” Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 183-184.

“Islam itu ditegakan diatas lima dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah, menegakan shalat, membayar zakat, shaum ramadhan, dan ibadah haji.” Hadis Rasulullah SAW.

Tata Cara Puasa Ramadhan

Sebagaimana definisi diatas, berikut adalah hal-hal yang dilarang oleh Allah : bertengkar, ghibah, berbuat maksiat, dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Jika puasa telah dilakukan secara syar’i (definisi bahasa), walaupun orang yang puasa itu melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang agama, puasanya tetap dianggap syah, namun pahala puasanya menjadi gugur akibat dari perbuatan maksiatnya.

Mengenai batasan waktu, setelah tiba waktu magrib disunahkan segera berbuka dan juga disunahkan juga untuk sahur sampai batas imsyak sebelum subuh.

Mereka yang mendapatkan Dispensasi

Adapun siapa saja yang mendapatkan dispensasi atau keringanan untuk tidak puasa, diantaranya adalah sebagai berikut :
Musafir / orang berpergian
Orang sakit. Boleh tidak puasa sebagimana Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 : 184 (dan 185), namun wajib mengqadla/mengganti puasa yang ditinggalkannya pada hari-hari lain di bulan selain Ramadhan.
Orang jompo, hamil, menyusui, bekerja berat. Diperbolehkan tidak puasa jika merasa berat, dengan kewajiban membayar fidyah atau memberi makan orang miskin berdasarkan bilangan hari puasa yang ditinggalkannya.

disarikan dari berbagai sumber

Monday, January 12, 2009

Nuansa Liburan Naik PO RAYA Jakarta - Solo PP


Waduh, udah masuk lagi neh...............

Banyak tugas dan kegitan (sok penting - padahal biasa ajah)

Paling tidak ketika pulang dari Jakarta ke Solo dan balik lagi ke Jakarta untuk cari rezeki lagi bisa berjalan lancar, selamat tanpa halangan suatu apapun. Salah satu penopangnya adalah Bus yang saya pakai, yaitu PO RAYA Super eksekutif. Pulang pergi duduk di nomer 16 terus (penumpang cuma 20 orang). Bus ini walaupun mungkin lebih mahal daripada yang lain seperti Rosalia Indah, Harapan Jaya, Gunung Mulia, dll tetapi didalamnya sangat longgar (kaki saya panjang sih,hehehehehe), tempat duduk recleaning seat plus ada foot step-nya juga, MANTAP. Cuma emang makan malam harus biaya sendiri. Tidak mahal kok cuma habis Rp.15000 aja untuk porsi standar. Cuma Toilet di RM yang di Kendal itu jorok, tidak sesuai dengan jenis busnya; RAYA: Super and Eksekutif Bus. Soal kecepatan???Sopir Raya memang sudah tidak perlu dikasih tahu lagi tentang kenyamanan.hehehehe, rasain saja sendiri pas naik Raya; super maupun eksekutif biasa, pun yang bisnis.

Thank You Raya